Terompet Sebagai Tanda Pergantian tahun

Kab bima-MP-Akhir tahun 2021 tinggal hitung jam karna perayaan tahun baru 2022,tidak hanya sebagian orang yang merayakannya.Namun seluruh dunia termasuk negara kita Indonesia juga turut merayakan malam pergantian tahun yang identik dengan keramaian, kemeriahan. Lengkap dengan nuansa kembang api dan tiupan terompet sebagai tanda pergantian tahun. Bunyi terompet yang meriah dan nyaring dianggap sebagai sebuah kemeriahan dan semangat baru ketika menyambut pergantian tahun. Lalu apa sih sejarah dari terompet sebagai penanda pergantian tahun?

Saat pergantian tahun tiba, banyak orang yang menyambutnya dengan meniupkan terompet sambil berkata Selamat Tahun Baru. Budaya tersebut sejatinya merupakan budaya yang mengakar dari barat,tepatnya oleh bangsa Yahudi.

Ya,Bangsa Yahudi menyambut tahun baru dengan cara meniup terompet. Sistem penanggalan kalender bangsa Yahudi dulunya tidak berlangsung selama 12 bulan seperti sekarang, melainkan selama 7 bulan yang dikenal kalender Julian. Pergantian tahun barunya dilaksanakan pada bulan ke 7, yakni di bulan Tisyri. Baru kemudian setelah bangsa Romawi Kuno datang dan menguasai bangsa tersebut di periode 63 sebelum masehi (SM), sistem kalender yang digunakan berubah menjadi kalender Gregorian, yang digunakan seperti sekarang.

Membincangkan soal terompet, barang yang sekarang dijadikan salah satu alat musik itu sebenarnya sudah ada sejak tahun 1.500 sebelum masehi. Hanya saja, peruntukannya dulu sebatas pada ritual keagamaan atau untuk memanggil pasukan saat akan berperang.Di Indonesia,budaya meniup terompet tidak ubahnya dengan memainkan alat musik tiup seperti sarunai bagi budaya Banjar atau tarompet di budaya sunda. Keduanya menggunakan mekanisme yang sama untuk membunyikannya,yakni dengan cara ditiup. Budaya meniup terompet di negeri ini juga sudah jauh sekali dari budaya bangsa Yahudi yang menggunakannya untuk sarana beribadah.

Jika dilihat,aktivitas meniup terompet tidak ubahnya seperti pelepasan emosional masyarakat. Jadi terlepas dari polemik di masyarakat yang boleh atau tidak boleh meniup terompet untuk tahun baru, budaya terompet juga sudah mengakar dalam kesenian tanah air.

Merujuk penjelasan asal muasal terompet diatas, dapat dilihat bahwa pada negara kita sendiri sejatinya terompet itu sudah ada dalam budaya kita dan masuk kedalam alat musik tradisional. Terlepas dari membicarakan hal-hal yang terkait dengan ritual keagamaan ataupun boleh,maupun tidak boleh agama tertentu untuk meniup terompet saat malam pergantian tahun, terompet tetaplah menjadi sebuah simbol yang erat kaitannya dengan perayaan pergantian tahun.

Ada sebuah kondisi tertentu dimana terompet menjadi simbol sebagai perayaan pergantian tahun, yaitu dimana terompet ditiup pada jam 24.00 tengah malam dan masuk kedalam tanggal awal tahun baru 1 Januari. Jika terompet sebagai alat musik dan ditiupkan dalam momen upacara adat maka makna yang terbentuk akan berbeda, namun apabila kemeriahan terompet terdengar saat malam pergantian tahun maka terompet menjadi sebuah simbol malam pergantian tahun.

Pemaknaan suara terompet memiliki arti kemeriahan, semangat dan harapan baru ditahun yang baru, dari simbol terompet itu sendiri tentu harapan lebih baik akan tetap ada di tahun 2022 ini, Indonesia dapat segera bebas dari pandemic covid 19 dan perekonomian negara kita segera membaik ditahun baru dan dengan semangat yang baru, seperti nyaringnya terompet sebagai simbol kemeriahan dan semangat pengharapan(***)

Check Also

Bupati Bima Pantau Pelaksanaan Ujian PPPK

Kab bima-MP-Ujian berbasis Computer Assistance Test (CAT) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Formasi tahun …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *